Natuna (RP) _ www.ranaipos.com : Akibat kondisi cuaca ekstrim saat ini masyarakat Kecamatan Pulau Laut Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau yang merupakan pulau beranda terdepan NKRI diwilayah utara tersebut mengalami krisis Bahan Bakar Minyak (BBM).
Kadi Nardi (35) salah seorang warga masyarakat Desa Air Payang Kecamatan Pulau Laut Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau kepada ranaipos melalui hubungan saluran telphonya, Sabtu (10/08) sore mengungkapkan bahwa akibat dari cuaca ekstrim yang sedang melanda wilayah Natuna khususnya Kecamatan Pulau Laut saat ini telah menyebabkan terjadinya kelangkaan BBM dan aktivitas masyarakat hampir lumpuh.
“Kite di Pulau Laut putus BBM bang, khusus kite masyarakat nelayan BBM jenis solar sudah hampir 2 bulan ini langka, kite nak melautpun susah, solar tak ade,” ungkap putra kelahiran Desa Air Payang Kecamatan Pulau Laut, 30 Agustus 1984 itu dengan nada sedih.
Kadi mengungkapkan, selain susahnya memperoleh BBM jenis solar, juga sulitnya memperoleh BBM jenis premium. Sehingga dengan putusnya BBM jenis premium tersebut berdampak langsung dengan para pelajar serta pegawai negeri sipil.
“Minyak bensin juga putus, kasian kita lihat PNS dan para pelajar mau ke sekolah bang. Sangat terganggu sekali dengan putusannya bensin, karena setiap hari menggunakan kendaraan untuk ke kantor, begitu juga para guru dan anak-anak sekolah. Sekolah SMA dan SMP cukup jauh. Kita pergi kesana aja pakai sepeda motor aja hampir 30 menit, apa lagi berjalan kaki, bisa 2 jam baru sampai sekolah,” ungkap Kadi.
Kadi juga menerangkan bahwa Kecamatan Pulau Laut khususnya Desa Air Payang memang sudah memiliki SPBU MINI namun sudah hampir 1 tahun belakangan ini tutup dan tak jelas permasalahannya.
“Kita masyarakat nelayan tak bisa berbuat apa-apa, tak bisa mencari rezeki dan melaut, angin kencang solar tak ada,” ungkap Kadi sedih.
Kelangkaan BBM baik solar maupun premium yang dialami oleh masyarakat Kecamatan Pulau Laut saat ini dikarenakan cuaca ekstrim yang melanda kawasan Laut Natuna, sehingga akses transportasi yang selama ini digunakan oleh masyarakat Kecamatan Pulau Laut yang mengandalkan alat transportasi jenis kapal kayu yang berkapasitas 10 hingga 15 GT itu tidak mampu untuk melayari laut Natuna Utara tersebut untuk mengangkut BBM dari kota Kabupaten.
Harapan yang sama juga diungkapkan oleh Arfendi yang kesehariannya juga berprofesi sebagai nelayan tangkap tradisional, berharap ada perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi maupun pusat untuk menyikapi dan antisipasi hal ini. Selain untuk persoalan pengoperasian SPBU MINI tersebut, kesulitan memperoleh BBM jenis premium, dan solar bagi masyarakat nelayan tentu sangatlah menjadi perhatian khusus karena menyangkut hajat hidup masyarakat, perkembangan ekonomi dan kehidupan masyarakat di kecamatan pulau laut.
“Semoga dengan tereksposnya berita ini, pemerintah bisa mengambil solusi yang tepat dan cepat.” ucap Arfendi.
Lanjut Arfendi, Natuna tidak saja mengalami cuaca ekstrim dimusim selatan saja, tetapi juga mengalami cuaca yang lebih ekstrim lagi jika dimusim utara dan itu yang lebih parah. Harapannya kedepan, menyikapi persoalan kelangkaan BBM yang sering di alami oleh masyarakat Kecamatan Pulau Laut, kedepannya pemerintah Kabupaten bisa mengupayakan setidaknya sebuah kapal Tangker Mini untuk alat transportasi antar jemput BBM dari dan ke Kecamatan Pulau Laut tersebut.
“Pulau Laut adalah pulau beranda terdepan yang mana berbatasan langsung dengan Negara tetangga seperti Vietnam, Philipina dan Thailand maka lebih tentu ini harus menjadi prioritas khusus seperti apa yang menjadi nawa cita Presiden kita Bapak Jokowidodo,”cetusnya.(Rp)
Komentar