www.ranqipos.com _ Tanjungpinang : Menindaklanjuti hasil pertemuan bersama masyarakat Senggarang beberapa waktu lalu, Pj Walikota Tanjungpinang meninjau beberapa lokasi Pelantar Buton Senggarang dan Rumah Tidak Layak Huni.
Dari peninjauan itu terdapat sebuah Pelantar Senggarang dengan panjang 250 meter lebar 2,8 meter mengalami kerusakan, konstruksi Pelantar tampak retak dan menurun.
“Ada beberapa masukan waktu itu, mereka keluhkan soal Pelantar ini. Kemarin dijelaskan bahwa sebagian besar Pelantar ini dibangun seluruhnya swadaya masyarakat, memang ada juga pemerintah yang membangunnya,” jelas Hasan, Senin (29/1/2024)
Kawasan Senggarang merupakan salah satu wilayah pesisir di Tanjungpinang dengan beragam suku agama dan budaya sehingga Senggarang adalah Kampung Toleransi atau Kampung Pancasila.
Peninjauan yang dilakukan Pj Walikota Tanjungpinang tersebut bersama Kadis PUPR, Kadis Perkim, Bappelitbang Tanjungpinang, Lurah Senggarang dan Camat Tanjungpinang Kota.
Hasan menyampaikan ia turun bersama PUPR, Perkim untuk menghitung berapa biaya dalam melakukan revitalisasi serta merombak terhadap Pelantar Senggarang.
Pelantar Senggarang atau biasa disebut Pelantar Pukat/Buton selalu digunakan sebagai tempat penyeberangan dari Senggarang ke Pelantar 1 Tanjungpinang
“Kita coba hitung dulu, tetap memakai APBD bisa juga koordinasi dengan pihak Provinsi lihat pembiayaannya berapa. Karena itu manfaatnya besar untuk naik turun orang,” ujarnya.
Selain itu Pj Walikota Tanjungpinang beserta dinas terkait juga melihat langsung bangunan Rumah Tidak Layak Huni milik warga RW 01 cukup memprihatinkan yang hanya berbahan dasar triplek.
Sugito Ketua RW 01 mengatakan mengenai Rumah Tidak Layak Huni di RW 01 terdapat satu unit menggunakan bahan triplek dan sudah dikatakan tidak layak untuk dihuni.
“Awalnya mereka tinggal satu rumah dengan orangtua namun karena orangtuanya mengalah sehingga keluarga ini tinggal di rumah tersebut,” jelasnya.
Ia melanjutkan waktu hujan kemarin, karena struktur bangunan rumahnya rendah jadi air laut saat pasang dalam masuk ke dalam rumah.
“Kemarin waktu hujan dan air laut pasang dalam bisa masuk dalam rumah dan perabot rumah hanyut,” terang Sugito.(Dwi)
Komentar