Oleh : Muhammad Rapi
Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah Strata-1, Sekolah Tinggi Agama Islam Natuna
Etnis Melayu, ada satu tradisi yang tak terlewatkan. Trasidi ini dilakukan saat baik untuk melepaskan niat ataupun saat menerima sebuah kehormatan bagi orang yang di pertuahkan ketika datang ke suatu daerah tersebut untuk kali pertama dirinya menginjakkan kakinya ke negeri (daerah _red) tersebut sebagai bentuk ucapan syukur seraya melantunkan doa-doa. Itulah nama tradisinya, tepung tawar atau di dikenal dengan Tepuk Tepung Tawar.
Tradisi tepuk tepung tawar menjadi agenda penting bagi masyarakat Melayu. Tradisi ini masih ada dan terus dilestarikan sebagai warisan turun temurun wujud syukur dari peninggalan terdahulu.
Untuk orang Melayu, tradisi tepung tawar adalah ‘wajib’, terutama saat acara pernikahan, khitanan, aqiqah, kunjungan tamu (pejabat negara_red) yang pertama kali, pengukuhan adat, peresmian, naik haji hingga menempati rumah baru.
Tepuk Tepung Tawar memiliki makna memberikan doa selamat. Ini untuk semua, apakah pengantin Melayu, khitan atau juga acara adat.
Tepuk Tepung Tawar ini merupakan tradisi adat Melayu sejak zaman raja-raja. Salah satu contohnya pada zaman raja-raja yang pada saat itu baru naiki tahta dan wajib melakukan tepung tawar.
Tepuk tepung tawar sendiri dilakukan oleh tokoh-tokoh adat dan kerabat dekat seperti yang saat ini di kenal dengan LAM (Lembaga Adat Melayu), tidak terkecuali pejabat atau pimpinan dari adat Melayu itu sendiri.
Pelaksanaan tepung tawar ini tercatat ada sejumlah bahan yang wajib ada, yaitu seperti beras kunyit, beras putih, beras bertih, air wangi dan bunga rampai. Dikutip dari laman Dinpariwisata Natuna (11/05/23) mendiskrifsikan lima bahan tepung tawar itu wajib ada.
Kelima bahan tersebut memiliki makna khusus. Beras kunyit sebagai simbol dari adat Melayu yang kental berwarna kuning sekaligus agar diberi kemurahan rezeki.
Selanjutnya beras putih yang bermakna kesucian. Lalu beras bertih yang bermakna kemakmuran.
Sementara bunga rampai yang bermakna kemakmuran. Termasuk air wangi yang maknanya adalah penyejuk hati orang yang ditepuk tawarkan.
Adanya 5 makna dalam bahan tepung tepung tawar tersebut menyampaikan makna kesamaan dengan 5 waktu shalat yang mana memiliki maknanya masing-masing.
Tradisi tepuk tepung tawar merupakan tradisi peninggalan turun temurun atau sejak mula zaman raja-raja terdahulu, yang mana tradisi inilah yang hingga kini masih ada dan terus dilestarikan.
Pada zaman kerajaan Melayu, simbol tepuk tepung tawar ketika naik tahta pertama dimula dengan upacara Tepuk Tepung Tawar, kedatangan tamu kehormatan dan mau beri gelar juga dilakukan upacara Tepuk Tepung Tawar.
Prosesi tepuk tepung tawar sendiri dilakukan dengan mengambil daun untuk percikan. Daun itu diikat dan dicelupkan ke bahan-bahan yang sudah disiapkan untuk dipercikkan ke tangan yang ditepung tawarkan.
Selanjutnya orang yang melakukan tepuk tepung tawar mengambil beras kunyit, beras putih, beras bertih dan bunga rampai untuk ditaburkan pada orang yang sedang menjalani prosesi adat sambil membaca solawat.
Setelah selesai, penepuk tepung tawar melanjutkan dengan melantunkan doa sebagai sembah kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan mengangkat tangan. Sebagai catatan, yang terpenting adalah jumlah orang yang ditunjuk untuk penepuk tepung tawar adalah ganjil jumlahnya.***
Komentar