Gaya Kepemimpinan Seorang Pemimpin
Oleh: Ellyzan Katan
(Perencana Ahli Muda BPBD Kab. Natuna)
Semakin hari, semakin dekatlah kita dengan kenduri demokrasi, maka akan banyaklah ditemukan kegembiraan di dalamnya. Ada kegembiraan sewaktu berkumpul dengan sesama warga di lingkungan RT, RW, kampong-kampong, sampai ke Desa/ Kelurahan. Tentunya kegembiraan ini tidak dilalui sesama anggota masyarakat setempat saja, melainkan dengan calon-calon pemimpin yang nantinya akan mencalonkan diri dalam pesta demokrasi di tanah air. Mereka akan memberikan banyak kegembiraan serta banyak cerita terkait memajukan daerah dalam segala hal. Ada yang yang fakus pada pemanfaatan sumber daya kelautan yang kita miliki. Ada yang fokus pada upaya menarik pelabor* asing untuk masuk ke daerah. Ada juga yang memanfaatkan isu kekurangan-kekurangan pembangunan pemimpin sebelumnya. Yang jelas, di setiap penjuru kampong akan ada kenduri besar-besaran dan kecil-kecilan oleh panitia dari calon pemimpin.
Keberadaan calon pemimpin yang sedang sibuk ke mana-mana tempat itu, saat ini sudah nampak jelas di depan mata. Di antara mereka, masing-masing mencoba menunjukkan karisma, gaya berpidato, program kerja, sampai pada sederetan bual-bual kosong mengisi waktu yang ada. Tergantung bagaimana masyarakat menangkapnya. Ketika masyarakat merasa dekat dengan calon pemimpin tersebut, sudah tentu mereka akan meletakkan perhatian yang serius dari kunjungan-kunjuangan yang dilakukan oleh calon pemimpin beserta tim.
Kedatangan calon pemimpin beserta tim ke kampong-kampong, diakui memang banyak memberikan manfaat, di antaranya tim akan mencari tempat untuk memesan segala kebutuhan pertemuan, dimulai dari makanan dan minuman, sedikit berbelanja hasil olahan penduduk setempat, dan ada juga yang sengaja memberikan sumbangan Rupiah kepada penduduk setempat yang dianggap berhak menerima. Misal sumbangan ke anak yatim, janda, orang yang sakit, atau memberikan sumbangan dalam bentuk perlengkapan olah raga. Pokoknya banyak manfaat yang akan diterima oleh orang kampong.
Namun di sebalik hubungan yang akrab tersebut, pernahkah terlintas di pikiran; dengan cara bagaimanakah semua yang telah dipaparkan tersebut diwujudkan? Apakah tidak perlu untuk mengetahui secara jelas terkait gaya kepemimpinan calon pemimpin yang ada? Saya pikir, untuk yang terakhir ini perlu juga dibahas secara singkat. Bukan mengapa, dengan mengetahui gaya kepemimpinan dari seorang calon pemimpin, akan dapat memberikan gambaran seberapa besar peluang yang dapat diwujudkan ketika individu calon pemimpin sudah dilantik menjadi pemimpin.
Menyangkut gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, memang banyak pendapat para ahli yang telah menguraikannya. Akan tetapi dari sekian banyak pendapat itu, barangkali apa yang disampaikan oleh Wendy Sepmady Hutahaean (2021), dapat menjadi perhatian kita bersama. Gaya kepemimpinan dimaksud adalah gaya kepemimpinan demokratis, karismatik, paternalistik, militeristik, otoriter, birokratik, populis/ kerakyatan.
Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis biasanya lebih dapat diterima oleh orang banyak karena pemimpin tersebut dapat mengakomodir semua kepentingan orang yang dipimpin, “Sehingga mereka merasa keinginannya dapat terwadahi oleh pemimpinnya.” Pemimpin seperti ini banyak di seluruh dunia. Di Indonesia salah satunya adalah Soekarno, di mana pada masa kepemimpinan sang Putra Fajar, setiap kebijakan dan keputusan Soekarno sebagai Presiden RI pertama, telah mengakomodir kepentingan seluruh bangsa. Dimulai dari perampasan asset perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia, mendahulukan pembangunan dengan menggunakan sumber dana penjajah, sampai pada menyediakan jaminan Rupiah dapat bekerja sebagaimana mestinya, walau dalam tekanan inflasi begitu tinggi. Soekarno tetap dapat memposisikan setiap kebijakan serta keputusan yang diambil benar-benar menyentuh hajat hidup orang banyak, sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945.
Kepemimpinan Karismatik
Pemimpin seperti ini, terpilih karena disegani oleh ketokohannya, baik dari perilaku, tutur bahasa, serta sikapnya yang santun dalam memberikan contoh bagi masyarakat. Maka masyarakat pun akan dengan mudah memilihnya untuk didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting. Gaya kepemimpinan seperti ini juga ada pada diri Presiden RI pertama, Ir. Soekarno. Presiden akan dengan mudah membuat segenap orang ramai terkesima terhadap karisma yang muncul dari dirinya. Dan karisma tersebut bukan dibuat-buat, melainkan anugerah Allah yang diberikan pada sosok pilihan saja. Gaya yang karismatik ini, tidak semua pemimpin terpilih memilikinya.
Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan yang menginginkan semua keinginan, perintah dan program kerjanya harus dipenuhi tanpa harus memahami kepentingan orang yang dipimpin. Serta akan cenderung bersikap dingin terhadap setiap masukan, kritikan atau pun perbedaan pendapat. Siapa saja yang berani menunjukkan sikap perbedaan pendapat, bersebarang dengan arah kebijakan dan keputusan yang telah dikeluarkan, akan langsung mendapatkan sanksi. Tak kira sanksi hukum, sosial, ekonomi atau pun politik, pokoknya kena.
Kepemimpinan Militer
Kepemimpinan seperti ini, memberikan perintah berdasarkan asas komando, dari atas ke bawah secara langsung dan wajib dipenuhi, dilaksanakan dan dituruti. Ada hirarki kepangkatan berlaku di dalamnya. Semakin tinggi pangkat pemimpin, semakin mudah dia memberikan perintah. Dan bagi bawahan pula, harus segera melaksanakan apa yang diperintah.
Kepemimpinan Paternalistik
Kepemimpinan paternalistik adalah kepemimpinan yang memiliki kemampuan memberikan contoh baik terhadap anggota organisasi, sehingga dia akan dengan mudah menggerakkan setiap sumber daya manusia benar-benar mau bekerja keras dalam mewujudkan tujuan organisasi. Kepemimpinan paternalistik agak-agak mirip dengan kepemimpinan karismatik. Hanya saja, kepemimpinan paternalistik lebih kental terasa dalam organisasi, di mana pemimpin tersebut tidak memiliki cacat sama sekali selama menjalani tugasnya sebagai seorang pemimpin organisasi.
Kepemimpinan Birokratis
Kepemimpinan jenis ini mudah dilihat dalam organisasi sipil, yaitu lembaga teknis Pemerintah. Yang terdekat adalah Dinas, Badan dan Kantor di Pemerintah Daerah. Kepemimpinan birokratis adalah “kepemimpinan yang terbentuk karena hirarki kepangkatan dan jabatan dalam organisasi, di mana pangkat lebih tinggi dapat memerintah pangkat yang berada di bawahnya.” Hanya saja, kepemimpinan birokratis tidak selalu menggunakan gaya kepemimpinan militer. Tidak terlalu kaku. Masih ada unsur kompromi dan koordinasi lintas kepangkatan.
Bagaimana? Kira-kira calon pemimpin yang ada saat ini masuk ke gaya kepemimpinan mana? Silahkan tentukan sendiri.
- Pelabor adalah penanam modal
Ranai, 16 Syawal 1444 H
(Tulisan ini tidak mencerminkan pendapat organisasi, melainkan murni pendapat pribadi penulis).
Komentar