DALAM hidup, tidak semua yang direncanakan akan berjalan sesuai keinginan. Begitu pula dengan perjalanan akademik Nabila Rahmayana Putri, seorang mahasiswi semester 8 di program studi Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB.
Awalnya, ia bercita-cita masuk ke dunia kesehatan, namun keadaan membawanya ke arah yang berbeda. Kini, ia justru menemukan passion baru di bidang komunikasi dan akademik sebagai seorang asisten dosen.
Nabila Rahmayana Putri, atau yang akrab disapa Nabila, lahir pada 17 Mei 2002 dan tinggal di Cibatu, Sukabumi. Sejak kecil, ia selalu memiliki ketertarikan di dunia kesehatan dan bercita-cita untuk menjadi seorang tenaga medis. Harapan ini terus ia bawa hingga SMA, di mana ia mendaftarkan diri melalui jalur rapor ke Universitas Padjadjaran untuk jurusan Keperawatan. Keinginannya untuk masuk ke dunia kesehatan semakin dekat ketika ia dinyatakan lolos seleksi dan diterima di kampus tersebut.
Namun, pandemi COVID-19 yang terjadi saat itu menjadi titik balik dalam hidupnya. Kondisi yang tidak memungkinkan untuk merantau membuatnya harus memikirkan ulang keputusannya. Setelah berdiskusi panjang dengan keluarga, Nabila akhirnya memilih untuk melanjutkan pendidikan di kampus yang lebih dekat dengan rumah agar bisa menjalani perkuliahan dengan sistem pulang pergi. Pilihannya jatuh pada program studi Komunikasi Digital dan Media di Sekolah Vokasi IPB, meskipun awalnya ia tidak memiliki ketertarikan di bidang tersebut.
Keputusan ini bukan sesuatu yang mudah baginya. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan materi yang sama sekali baru. Awalnya, ia merasa tidak yakin dengan pilihan ini karena tidak sesuai dengan minat awalnya. Namun, lambat laun ia mulai menemukan sesuatu yang menarik di dalamnya. Perjalanan akademiknya mulai berubah saat ia mengikuti mata kuliah Retorika yang berfokus pada public speaking. Salah satu tugas dalam mata kuliah tersebut mengharuskan mahasiswa untuk membuat film edukasi bagi siswa SMA, di mana Nabila berperan sebagai talent utama dalam video tersebut.
Dari pengalaman itu, ia mulai mendapatkan banyak apresiasi dari teman-teman dan dosennya atas kemampuannya berbicara. Pengalaman ini menjadi titik balik bagi Nabila. Ia menyadari bahwa dunia komunikasi memiliki daya tarik tersendiri, dan sejak saat itu ia mulai lebih serius dalam mempelajari komunikasi digital dan media. Ia semakin aktif mengikuti berbagai kegiatan yang berhubungan dengan bidang ini, meskipun sebelumnya tidak pernah membayangkan dirinya berada di dunia komunikasi.
Seiring berjalannya waktu, Nabila mulai merasa semakin nyaman di jurusan yang awalnya tidak ia pilih ini. Keinginannya untuk terus berkembang di bidang komunikasi membuatnya semakin termotivasi untuk mencari pengalaman baru. Salah satu langkah besar yang ia ambil adalah mengikuti program magang sebagai copywriter sejak semester 3. Pengalaman ini membantunya untuk terbiasa bekerja secara produktif di luar perkuliahan. Pada semester 6, ia kembali menjalani program magang wajib dari kampus. Saat memasuki semester 8, ia mulai merasa bahwa hanya mengerjakan skripsi saja tidak cukup baginya. Ia ingin melakukan sesuatu yang lebih, sesuatu yang bisa mengasah kemampuannya dan memberikan pengalaman baru.
Saat itulah, IPB membuka lowongan untuk posisi asisten dosen. Kesempatan ini menarik perhatiannya, dan ia pun memberanikan diri untuk mendaftar. Dengan bekal pengalaman yang ia miliki, ia berhasil lolos seleksi dan resmi menjadi asisten dosen di jurusan Komunikasi Digital dan Media.
Saat ini, Nabila mengampu beberapa mata kuliah, di antaranya Komunikasi Bisnis, Komunikasi Perikanan Budaya, Komunikasi Lintas Budaya, dan Diseminasi Informasi. Menjadi asisten dosen bukanlah hal yang mudah, terutama di mata kuliah Komunikasi Lintas Budaya yang memiliki banyak skema dan peraturan yang terus diperbarui setiap angkatan. Hal ini menuntutnya untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan yang ada.
Selain itu, menjadi asisten dosen juga memberinya pengalaman baru dalam dunia akademik. Ia harus mampu membagi waktu antara menyelesaikan skripsinya dan menjalani tanggung jawab sebagai asisten dosen. Baginya, ini adalah tantangan yang cukup besar, tetapi sekaligus memberikan pengalaman yang sangat berharga.
Saat ini, Nabila memilih untuk fokus pada dua hal utama: menyelesaikan skripsinya dan menjalani peran sebagai asisten dosen. Untuk sementara waktu, ia tidak aktif dalam kegiatan di luar kampus, karena ingin lebih memaksimalkan pekerjaannya sebagai asisten dosen serta memastikan skripsinya berjalan dengan baik.
Ketika ditanya mengenai rencana masa depannya, Nabila mengaku bahwa ia awalnya tertarik dengan dunia presenter atau reporter. Namun, setelah menjalani peran sebagai asisten dosen, ia mulai mempertimbangkan untuk melanjutkan karier di dunia akademik. Menjadi dosen kini menjadi salah satu opsi yang ia pertimbangkan dengan serius.Sebagai seseorang yang kini menjalani peran akademik, Nabila memberikan beberapa tips bagi mahasiswa yang ingin mengikuti jejaknya sebagai asisten dosen. Baginya, nilai akademik adalah faktor utama yang harus diperhatikan.
“Yang paling penting adalah nilai. Jangan sampai nilainya rendah, karena persyaratan untuk jadi asisten dosen itu IPK-nya minimal 3,7 untuk angkatan aku. Selain itu, jangan sampai punya track record yang buruk,” pesannya.
Selain nilai, ia juga menekankan pentingnya memiliki pengalaman di luar kelas agar mahasiswa terbiasa dengan produktivitas dan dunia kerja. Menurutnya, pengalaman di luar kelas, seperti magang atau mengikuti organisasi, bisa membantu mahasiswa dalam membangun keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja maupun akademik.***
Komentar