www.ranaipos.com _ Natuna : Kenakalan remaja semakin menjadi perhatian serius diberbagai wilayah di Indonesia tak terkecuali di wilayah Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri.
Sejumlah kasus seperti tawuran, balap liar,, hingga perilaku vandalisme terus meningkat. Hal ini tentunya menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, pendidik dan orang tua.
Demikian disampaikan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol -PP) Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri Irlizar kepada media ini saat ditemui di ruang dinasnya, Rabu, (25/09) pagi.
Irlizar menjelaskan ada beberapa faktor penyebab terjadinya kenakalan terhadap kaum remaja, diantaranya, kurangnya pengawasan orang tua, pengaruh lingkungan, paparan media sosial dan krisis identitas dan emosi.
“Banyak remaja yang merasa kurang perhatian dan pengawasan dari orang tua. Kebutuhan akan dukungan emosional dan bimbingan sering kali tidak terpenuhi, sehingga remaja mencari pelarian melalui perilaku negatif,” jelasnya.
Irlizar menerangkan faktor lingkungan yang buruk juga berpengaruh terhadap perubahan perilaku anak-anak. Menurutnya lingkungan pergaulan yang buruk, seperti teman sebaya yang memiliki perilaku menyimpang, dapat mempengaruhi remaja untuk terlibat dalam tindakan-tindakan negatif. Lingkungan sekolah yang kurang kondusif juga berperan dalam meningkatkan risiko kenakalan remaja.
“Selain itu, media sosial dan internet sering kali menjadi alat bagi remaja untuk meniru tindakan-tindakan yang tidak sesuai. Akses bebas terhadap konten kekerasan, pornografi dan pergaulan bebas tanpa filter bisa menjadi pemicu kenakalan terhadap remaja,” terangnya.
Dari prilaku diatas, tambah Irlizar banyak remaja yang terlibat dalam kenakalan berisiko mengalami penurunan prestasi akademik, bahkan putus sekolah. Ini tentu berdampak pada masa depan mereka, terutama dalam hal kesempatan kerja dan pengembangan karir.
Tak hanyak berpengaruh terhadap penurunan akademik, anak-anak yang terlibat dalam kenakalan seperti tawuran atau pencurian, dapat menyebabkan remaja harus berhadapan dengan hukum. Ini berdampak pada catatan kriminal yang akan menyulitkan mereka di masa depan.
Selain dampak sosial, kenakalan juga mempengaruhi perkembangan psikologis remaja. Mereka bisa kehilangan rasa percaya diri, menumbuhkan rasa bersalah yang mendalam, hingga mengalami gangguan mental akibat tindakan negatif yang mereka lakukan.
“Remaja yang pernah terlibat dalam kenakalan sering kali dicap negatif oleh lingkungan sekitarnya. Stigma sosial ini dapat menghambat proses integrasi kembali ke masyarakat, sehingga remaja tersebut semakin sulit untuk memperbaiki diri,” terangnya.
Untuk menekan dan mencegah kenakalan remaja, Irlizar menyebutkan harus ada upaya yang serius dari berbagai pihak, seperti peningkatan peran keluarga, penguatan pendidikan karakter di sekolah, pembatasan akses terhadap konten negatif di media sosial, serta pemberdayaan remaja melalui kegiatan positif.
“Orang tua perlu lebih aktif dalam memberikan perhatian dan pengawasan terhadap anak-anak mereka. Komunikasi yang baik antara orang tua dan remaja sangat penting untuk mendengarkan dan memahami masalah yang dihadapi remaja,” sebutnya.
Selain itu, sekolah perlu lebih aktif dalam memberikan pendidikan karakter dan moral kepada para siswa. Program-program yang mendidik tentang empati, disiplin dan tanggung jawab dapat membantu remaja lebih mengenal nilai-nilai positif.
“Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, seni dan keterampilan teknis bisa menjadi solusi untuk menyalurkan energi remaja ke hal-hal yang lebih produktif dan membangun.Dengan kerjasama dari berbagai pihak, diharapkan kenakalan remaja dapat ditekan, sehingga generasi muda Natuna dapat tumbuh menjadi individu yang berkarakter baik dan memiliki masa depan cerah,” harapnya.*(rapi)
Komentar