www ranaipos.com – Anambas : Sejak matahari terbit di ufuk timur, pantai Kecamatan Siantan Timur mulai dipenuhi orang. Warga berdatangan membawa keluarga sibuk mencari sudut terbaik untuk memotret, sementara para nelayan menyiapkan jongkong layar mereka dengan penuh kebanggaan. Angin pagi berhembus kencang, tepat seperti yang diharapkan panitia lomba.

Hari itu, Senin, 18 Agustus 2025, pantai bukan sekadar hamparan pasir, tetapi menjadi arena perayaan. Bupati Kepulauan Anambas Aneng dan Wakil Bupati Raja Bayu berdiri di bibir pantai, menyapa kerumunan yang berdesakan. Dengan senyum lebar, mereka melepas puluhan tim peserta Lomba Jongkong Layar — tradisi tahunan yang selalu ditunggu-tunggu di bulan kemerdekaan.
Begitu aba-aba diberikan, layar-layar putih dan berwarna melesat ke tengah laut. Sorak penonton pecah. Anak-anak kecil berlari di tepian, menunjuk perahu favorit mereka, sementara orang tua meneriakkan yel-yel dukungan. Suara angin yang menegangkan layar berpadu dengan nyanyian tradisional masyarakat pesisir, menghadirkan suasana yang sulit dilupakan.
“Ini bukan sekadar lomba. Ini cara kita menjaga warisan maritim dan mempererat persaudaraan,” ujar Bupati Aneng, suaranya nyaris tenggelam oleh deru angin laut. Ia berjanji pemerintah daerah akan terus mendukung kegiatan budaya yang menghidupkan kembali jati diri masyarakat kepulauan.

Di sisi lain, Raja Bayu memandang acara ini lebih dari sekadar tradisi. “Perayaan HUT RI ke-80 adalah momen untuk mempromosikan budaya, pariwisata, dan ekonomi kreatif. Kita ingin pantai ini jadi panggung terbuka bagi pengrajin dan pelaku usaha kecil pesisir,” katanya.
Lomba kali ini diikuti puluhan tim dari berbagai pulau di Kepulauan Anambas. Tidak hanya kecepatan yang dipertaruhkan. Kerapihan layar dan kreasi hiasan jongkong juga menjadi daya tarik, membuktikan bahwa inovasi dan tradisi bisa berjalan seiring. Di sela-sela perlombaan, pasar rakyat dan pameran kerajinan lokal menambah semarak, sementara tarian dan musik tradisional membuat pantai tak pernah sunyi.
Namun di balik kemeriahan itu, ada pesan serius. Raja Bayu mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan pantai dan mengurangi sampah plastik di setiap acara pesisir. “Budaya dan laut harus lestari bersama,” tegasnya.
Saat lomba usai, para pemenang naik ke panggung untuk menerima hadiah. Semua mata tertuju pada prosesi doa bersama untuk keselamatan pelaut dan kemajuan daerah. Senja pun turun perlahan, menutup perayaan dengan langit jingga yang indah.
Di Siantan Timur, perahu-perahu kecil berlayar bukan sekadar mencari pemenang. Mereka membawa pesan bahwa semangat kebersamaan, cinta tanah air, dan warisan budaya bisa terus hidup — sepanjang angin masih berhembus di Kepulauan Anambas *(Heri).





Komentar