Natuna _ ranaipos.com : Pusat Studi Islam dan Tamaddun Melayu STAI Natuna menggelar diskusi publik bertajuk “Merawat Jantung Peradaban Melayu: Perspektif Peran Perguruan Tinggi Islam” di Ruang Studio Museum Natuna, Jum’at 28 November 2025. 
Kegiatan ini menghadirkan akademisi dari Indonesia dan Malaysia untuk memperkuat kajian dan kolaborasi dalam bidang peradaban Melayu-Islam.
Acara tersebut dibuka oleh Dr. H. Umar Natuna, M.Pd.I, Ketua STAI Natuna. Dalam sambutannya, Umar menegaskan pentingnya peran Perguruan Tinggi Islam (PTI) sebagai penjaga identitas dan nilai peradaban Melayu-Islam. Menurutnya, PTI tidak hanya bertugas mencetak sarjana, tetapi juga menjaga kelangsungan tradisi, budaya, dan khazanah keilmuan yang menjadi akar masyarakat Melayu.
“Perguruan Tinggi Islam harus menjadi benteng keilmuan dan kebudayaan. Kita bertanggung jawab merawat jantung peradaban Islam, termasuk warisan Melayu yang membentuk karakter bangsa di kawasan ini,” tegasnya.
Diskusi menghadirkan Dr. Maskiah binti Masrom, Ketua Pusat Penyelidikan dan Penerbitan Kolej Universiti Islam Johor Sultan Ibrahim (KUIJSI), bersama wakilnya Ustaz Syafiq bin Zulkifli. Dari sisi pemerintah daerah, hadir Hadisun, S.Ag., MAP, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Natuna, serta Dr. H. Amirudin, MPA, Kepala Pusat Studi Islam dan Tamaddun Melayu STAI Natuna.
Dalam paparannya, Dr. Maskiah menyoroti perlunya penguatan riset dan dokumentasi budaya Melayu, termasuk manuskrip, tradisi lisan, dan sistem pendidikan. Ustaz Syafiq menekankan peran budaya Melayu sebagai medium dakwah dan pembentukan akhlak masyarakat.
Sementara itu, Hadisun menegaskan pentingnya revitalisasi kebudayaan lokal Natuna agar tetap relevan bagi generasi muda.
Dr. Amirudin menambahkan bahwa Natuna sebagai wilayah perbatasan memiliki posisi strategis sebagai “gerbang utara” peradaban Melayu-Nusantara.
Rektor KUIJSI dalam sambutannya juga menekankan pentingnya kerjasama serantau Malaysia–Indonesia dalam memajukan kajian Melayu-Islam. Ia menyambut baik inisiatif kolaborasi penelitian, pertukaran akademik, dan program budaya antara KUIJSI dan STAI Natuna.
Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi penguatan jaringan keilmuan Melayu-Islam serta penguatan peran PTI dalam merawat akar peradaban di tengah tantangan global.*(rapi)





Komentar