Dimas Ramanda Suhardiman, atau yang akrab disapa Dimas, lahir di Baturaja, Sumatera Selatan, pada 14 Mei 2002. Ia tumbuh di lingkungan pedesaan sebelum akhirnya pindah ke Sukabumi, Jawa Barat. Perjalanan akademiknya membawa Dimas menempuh pendidikan di Sekolah Vokasi IPB University hingga lulus pada tahun 2023. Tak berhenti di situ, ia melanjutkan studi S1 di bidang Agroteknologi di Universitas Djuanda dengan target lulus pada awal tahun 2026.
Dimas memiliki minat besar di bidang pertanian, khususnya teknologi benih. Minat ini tumbuh berkat pengalaman keluarganya yang menjalankan usaha pertanian. Ia percaya bahwa pangan adalah fondasi utama sebuah bangsa dan ingin berkontribusi dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Meskipun belum pernah mengikuti pertukaran pelajar atau magang terkait Teknologi Industri Benih (TIB), Dimas aktif mengikuti seminar dan pelatihan yang diadakan berbagai lembaga seperti DPR RI, BRIN, BPP, dan Sekolah Vokasi IPB. Ia juga pernah menjadi narasumber dalam program YESS (Youth Entrepreneurship and Employment Support Service) yang diadakan oleh Kementerian Pertanian, di mana ia berbagi pengalaman sebagai praktisi usaha pertanian jamur tiram.
Setelah lulus dari IPB pada Agustus 2023, Dimas mendapat kesempatan menjadi asisten dosen (asdos). Awalnya, ia menggantikan seorang asisten yang keluar mendadak.
Tanpa ragu, ia menerima tawaran tersebut sebagai bentuk pengabdian sekaligus peluang memperdalam keterampilan mengajar. Menjadi asdos memberikan pengalaman berharga bagi Dimas, termasuk saat ia harus mengajar tanpa dampingan dosen maupun asisten lain.
Tantangan terbesar yang ia hadapi adalah perbedaan materi ajar dengan saat ia kuliah dulu, serta menyesuaikan metode pengajaran sesuai dengan kemampuan masing-masing mahasiswa.
Selain menjadi asdos, Dimas sempat terjun ke dunia politik sebagai calon legislatif di Kabupaten Sukabumi pada Pemilu 2024. Setelah proses politik selesai, ia kembali mengajukan diri sebagai asdos dan diterima kembali pada pertengahan tahun 2024.
Di bidang penelitian, Dimas pernah membantu penelitian tentang kacang bogor dan bawang merah, serta terlibat dalam proyek nasional pembangunan Bendungan Sukamahi di Bogor. Ia juga menjadi bagian dari tim pengabdian masyarakat di Situbondo, memberikan edukasi tentang teknik hidroponik. Selain itu, ia aktif dalam organisasi Precision Horticulture di IPB University, yang mengoperasikan greenhouse dan mengadakan berbagai program pelatihan serta event pertanian.
Menurut Dimas, teknologi benih di Indonesia telah berkembang pesat, dengan banyaknya pemulia tanaman yang berhasil mengembangkan benih unggul bersertifikat. Namun, tantangan utama adalah meningkatkan kesadaran petani akan pentingnya benih berkualitas. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya kebijakan pemerintah untuk mempermudah akses petani terhadap benih unggul.
Dimas berpesan kepada mahasiswa dan generasi muda untuk mencintai ilmu yang mereka pelajari, menetapkan tujuan karir yang jelas, serta membangun relasi yang kuat. Ia bercita-cita untuk terus menempuh pendidikan hingga tingkat tertinggi (S1, S2, dan S3) serta mengabdikan dirinya di bidang pertanian, baik dalam pemerintahan maupun nonpemerintahan. Baginya, mewujudkan kemandirian pangan nasional adalah bentuk pertanggungjawaban kepada Tuhan dan negara atas ilmu yang ia miliki.
“Aku ingin melihat bangsa kita bisa berdiri di kaki sendiri dalam bidang pertanian,” ujar Dimas dengan penuh semangat.***
Komentar