BADUNG (RP)_RANAIPOS.COM : Presiden Joko Widodo menyerukan kerja sama internasional dalam menjaga laut dan mengelolanya secara berkesinambungan. Menurutnya, sejumlah tantangan kelautan yang kini dihadapi membutuhkan aksi nyata dan perhatian bersama.
Hal itu ditegaskannya saat hadir dan memberikan sambutan dalam pembukaan Our Ocean Conference (OOC) 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Provinsi Bali pada Senin, 29 Oktober 2018.
“Jangan terlambat berbuat untuk laut kita. Satu negara tidak dapat menangani tantangan yang kita hadapi. Satu negara tidak dapat mengoptimalkan manfaat laut bagi masyarakat dunia. Pemerintah saja tidak mungkin menyelesaikan semuanya. Oleh karena itu diperlukan kerja sama, cooperation, colaboration,” ujarnya.
Tahun ini, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah bagi penyelenggaraan konferensi laut sedunia yang sudah berlangsung sejak 2014 lalu. Penyelenggaraan konferensi ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia yang berupaya menjaga dan mengelola laut secara berkesinambungan.
Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa laut merupakan tulang punggung kehidupan dunia. Lebih dari 90 persen total volume perdagangan dunia dilakukan melalui laut.
Sementara ratusan juta manusia juga hidup bergantung pada sektor perikanan dan rantai pasokannya. Namun, di sisi lain, lautan kita juga menghadapi sejumlah tantangan serius.
“Kejahatan di laut semakin marak. IUU Fishing, data FAO mengatakan, nilai jumlah ikan yang diambil secara ilegal besarnya sekitar 2,6 juta ton atau bernilai sekitar USD10-23 miliar setiap tahun. Adanya perompakan, perdagangan manusia, penyelundupan obat-obatan, perbudakan, dan lain-lainnya,” kata Presiden.
Selain itu, polusi laut yang diakibatkan sampah plastik, rusaknya terumbu karang, peningkatan suhu air laut, dan klaim maritim antarnegara yang tak terselesaikan juga menjadi ancaman nyata. Kepala Negara mengatakan bahwa OOC 2018 ini harus dapat menjadi motor perubahan terhadap komitmen penanganan tantangan itu.
“Kita memerlukan revolusi mental untuk menangani tantangan di laut dan mengelola laut secara berkesinambungan. OOC harus menjadi motor penggerak revolusi mental global untuk merawat laut,” tuturnya.
Di hadapan para pemangku kepentingan kelautan dari berbagai negara dan sejumlah kepala negara yang hadir, Presiden menegaskan komitmen Indonesia untuk menjadi kekuatan maritim dunia sekaligus berperan aktif dalam merawat dan menjaga laut Indonesia dari berbagai ancaman nyata. Indonesia juga membuka kerja sama dan dialog dengan negara-negara ASEAN untuk memajukan kerja sama maritim serta penghormatan terhadap hukum internasional.
“Dalam empat tahun terakhir, berbagai langkah telah dilaksanakan termasuk meningkatkan konektivitas melalui tol laut dengan memperkuat armada laut dan pembangunan 477 pelabuhan, pengurangan polusi laut dengan target pengurangan sampah plastik di laut sebesar 70 persen pada tahun 2025, tercapainya kawasan konservasi perairan seluas 20 juta hektare pada tahun 2018 (dua tahun lebih cepat dari target 2020), dan aktif memajukan kerja sama maritim di ASEAN, IORA, Pasifik Selatan, PBB, dan berbagai forum internasional,” ucapnya.
Di penghujung sambutan, Presiden Joko Widodo juga mengajak seluruh pihak untuk berani mengambil langkah-langkah konkret terhadap upaya menjaga lautan. Langkah konkret yang dapat dirasakan oleh masyarakat dan berdampak nyata terhadap perlindungan laut.
”Every little action count. Untuk itu saya mendorong OOC mengambil langkah guna meningkatkan sinergi yang dilaksanakan masing-masing negara,” tandasnya.
Presiden mengkahiri sambutannya dengan membacakan puisi. “Saya ingin tutup pidato saya dengan membacakan sebuah puisi,” ucap Kepala Negara.(red/rp)
Komentar